Total Tayangan Halaman

Senin, 20 April 2015

BERBURU STUDI LANJUT (PART 1) : KENAPA JEPANG?

Selamat pagi blogger!
Mumpung mood-nya sedang ada, saya akan melanjutkan cerita mengejar studi lanjut setelah lulus dari ITB. Di post sebelumnya saya sudah menjelaskan gambaran jika blogger ingin mendaftar beasiswa studi lanjut oleh Pemerintah RI, yaitu dari LPDP Kementerian Keuangan. Sekarang saya akan menjelaskan sedikit cerita bagaimana saya bisa mendapatkan Letter of Confirmation (LoC) dari Tokyo Institute of Technology.

Logo Tokyo Institute of Technology

  • Pendaftaran yang relatif murah dan mudah dibanding Negara lain. Saya sempat ditawari lanjut di Amerika oleh dosen saya, di Michigan atau Illinois. Tapi untuk sekolah di Amerika harus mengambil GRE terlebih dahulu. GRE ini semacam ujian kompetensi untuk yang mau melanjutkan studi di Amerika. Biayanya terkenal mahal karena harus mengikuti program persiapan, ujiannya pun susah. Selain itu saya juga tidak cocok dengan lingkungan Amerika yang sepertinya “barat” sekali.
  • Alasan yang sama dengan di atas, yang ini kepikiran di Eropa. Kepikiran Inggris, tapi kuliah Master hanya 1 tahun, tidak puas rasanya. Belanda? Berminat sih, tapi belum sreg saja. Jerman? Perlu persiapan Bahasa Jerman untuk studi engineering. Perancis, Itali, Swiss, Austria, dsb? Tidak terlintas di bayangan. Walaupun sebenarnya ada poin plus jika kuliah di Eropa, kita bisa keliling Eropa tanpa perlu mengurus visa lagi. Tapi tawaran itu tidak terlalu memikat saya.
  • Nah Jepang! Sebagai generasi yang besar bersama hiburan dari Jepang (contoh: Doraemon, Ultraman, Kamen Rider, dsb) tentunya Jepang menjadi destinasi kunjungan untuk mewujudkan mimpi masa kecil. Ditambah lagi saya sekarang punya hobi merakit Gundam model kit, jadi makin ngiler untuk ke Jepang kan! (poin ini benar-benar subjektif, abaikan)
  • Jepang menjadi pemain besar teknologi dan ekonomi dunia bersama Amerika dan Uni Eropa (walaupun China dan Korea Selatan sudah mulai tancap gas berusaha menyalip). Harapannya jika studi lanjut di Jepang saya bisa mengambil hal-hal baik dari negeri matahari terbit ini. Dan lagi budaya Timur-nya yang mirip dengan Indonesia membuat saya makin mantap dengan Jepang.
  • Pengalaman di Jepang dua kali selama 2014, membuat saya ingin hidup beberapa tahun disana. Masyarakat yang disiplin, cinta lingkungan, ramah, lingkungannya bersih dan rapi, juga negeri berteknologi tinggi, semuanya telah menghipnotis saya. Bolehlah barang 2-3 tahun hidup di Jepang.
  • Tokyo University, universitas paling top di Jepang. Saat bulan September-Oktober 2014 kemarin buka aplikasi untuk engineering. Sempat saya mendaftar, tapi tidak ada Professor yang benar-benar cocok. Risetnya kalau tidak nanomaterial, ya ke luar angkasa (sebenarnya banyak yang lain), yang intinya kalau diaplikasikan ke Indonesia sepertinya agak mustahil dalam waktu dekat. Selain itu beberapa senior juga menceritakan kalau di Tokyo Unversity ini sangat akademis sekali, hampir tidak ada waktu untuk berleha-leha. Wah, kebiasaan saya di ITB yang sersan (serius sambil santai) bikin agak ngeper hehehe. Akhirnya saya tidak melanjutkan proses pendaftaran ini. Link: (http://www.u-tokyo.ac.jp/en/admissions-and-programs/graduate-and-research/index.html#g001)
  • Tokyo Institute of Technology (atau Tokyo Kogyo Daigaku, Tokodai). Udah deh, bisa dibilang ITB-nya Jepang karena isinya teknik semua, di pusat Jepang, dan atmosfernya bisa dibilang mirip ITB (dari cerita senior). Akhirnya cari-cari, dapatlah kira-kira 8 nama Professor (disebut Sensei kalau di Jepang) yang siap di-email. Link: http://www.titech.ac.jp/english/graduate_school/news/
  • Kyoto University, sepertinya kuliah di lingkungan yang seperti “Yogyakarta-nya Jepang” ini menarik. Ada 2 Professor yang saya incar, dan saat bulan September kemarin sudah sempat bertatap muka di acara “Symposium Kyoto University and ITB” di Aula Timur ITB. Tapi waktu pendaftaran baru dibuka Maret 2015 besok untuk penerimaan Oktober 2015. Akhirnya saya simpan untuk back-up setelah Tokodai. Link: http://www.t.kyoto-u.ac.jp/en/admissions
  • Osaka University, sepeti Yogyakarta, tapi banyak industri juga di sekitarannya seperti Cilegon, Banten. Berminat tapi biasa saja, lalu ada informasi bahwa harus mengikuti ujian masuk yang diadakan di Jepang sana. Mahal kalau harus ke Jepang dulu, angkat tangan deh. Link: http://www.osaka-u.ac.jp/en/admissions
Nah, sekian dulu untuk pertimbangan memilih Negara dan universitas ala saya. Post selanjutnya mengenai detail cerita saya mendaftar di Tokodai. Selamat siang! Selamat melanjutkan aktifitasnya ya blogger :D

Namanya masih LoC, dan ada imbuhan “conditional” di suratnya karena saya baru resmi diterima jika syarat administrasi lolos dan diumumkan resmi pada Maret 2015 besok. Karena post-nya sangaaat panjang, akhirnya saya putuskan untuk membagi menjadi 2 postingan. Yang lagi bimbang, monggo barangkali bisa jadi pertimbangan, ini semua apa-apa yang ada di pikiran saya sekitar bulan September 2014 kemarin.
A. Kenapa S-2 di Jepang?
Biar nggak bosan tulisan semua, hehe. Mejeng di Shinjuku Gyoen
Awalnya saya berminat untuk studi lanjut karena terinspirasi oleh beberapa tokoh di Indonesia, utamanya BJ Habibie, Andrea Hirata, dan Ahmad Fuadi (Buku terkait: biografi B.J. Habibie, Habibie dan Ainun, tetralogi Laskar Pelangi, dan Negeri 5 Menara). Mereka menceritakan betapa indahnya jika bisa melanjutkan sekolah di luar negeri karena kita akan banyak mendapatkan sudut pandang baru mengenai kehidupan, semakin mengenal diri sendiri, dan menemukan banyak mozaik lain dari hidup kita.
Sebenarnya sebelum lulus saya sempat bimbang karena lebih cenderung ingin langsung bekerja. Bekerja sudah langsung dapat uang yang tidak kecil dan mengaplikasikan keilmuan kita. Takutnya jika lanjut sekolah masih terus merepotkan orang tua. Eh Alhamdulilah Allah membuka jalan dengan diadakannya beasiswa LPDP ini mulai 2012 akhir, sehingga saya menjadi mantap surantap untuk melanjutkan studi. Walaupun ada kebimbangan lanjutan, pun sekolah tinggi-tinggi, apresiasi oleh Negara masih bisa dibilang sangat minim kepada peneliti. Di titik ini saya memiliki pemikiran optimis, semoga dalam kuliah beberapa tahun ke depan pandangan saya bisa lebih terbuka, karir tidak hanya sebagai peneliti.
Oke lanjut. Saya memutuskan untuk memilih studi lanjut di Jepang. Mengapa? Alasan ini subjektif sebenarnya, jadi jangan terlalu jadi referensi hehe:
Itulah sedikit gambaran mengapa saya ingin studi lanjut di Jepang. Deskripsi di atas juga saya terangkan saat wawancara LPDP ketika ditanyakan, “Kenapa mau studi lagi, apa tidak bosan? Kenapa Jepang, bukan Negara lain?”
B. Bagaimana pertimbangan memilih universitas di Jepang?
Sekarang waktunya memilih, mau kuliah lanjut di universitas mana? Dengan lihathttp://www.topuniversities.com/qs-world-university-rankings untuk Asia dan bidang engineering, akhirnya saya punya beberapa opsi: Tokyo University, Tokyo Institute of Technology, Kyoto University, dan Osaka University. Saya ambil 4 ini karena merupakan top 4 universitas di Jepang bidang engineering. Sedikit survey saya lakukan untuk 4 kampus ini, dan kesimpulannya:
Universitas lain seperti Tohoku, Kyushu, Hokkaido, Kobe, Waseda, dan Keio juga sempat terpikirkan karena beberapa dosen di Teknik Mesin ITB lulusan sana. Tapi karena saya mengincar universitas top Jepang, saya sempitkan pilihan ke Tokodai dan Kyoto saja. Oh ya ada yang belum saya jelaskan. Kalau di Jepang sistemnya sedikit berbeda dengan studi lanjut di Amerika, Eropa, maupun Indonesia. Kita dituntut untuk sudah memiliki Sensei yang akan menjadi tempat riset kita selama kuliah, jadi saat mendaftar kita harus sudah deal (dua arah ya) dengan Sensei tersebut. Caranya dengan melakukan korespondesi via email ke Sensei yang kita incar,
Sumber : https://achrofi.wordpress.com/2015/01/20/berburu-studi-lanjut-part-1-kenapa-jepang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar